banner

Kamis, 28 Juni 2012

Tanggung Jawab & Pengabdian

TANGGUNG JAWAB
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.

Ada macam macam tanggung jawab, yaitu diantaranya:

1.Tanggungjawab terhadap Keluarga
Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan tanggungjawabnya. Si orang tua bertanggungjawab kepada
anaknya, anggota keluarga saling tanggungjawab. Anggota keluarga saling membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak.

2.Tanggungjawab terhadap masyarakat

Manusia bertanggungjawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada berbagai norma. Ini merupakan bentuk dari tanggungjawab terhadap masayarakat, dimana di dalam masyarakat telah ada aturan-aturan. Kehidupan bersama antar manusia membentuk norma yang kemudian berkembang menjadi aturan-aturan, hukum-hukum yang dibutuhkan suatu masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern aturan-aturan atau hukum-hukum tersebut termaktub dalam sebuah sistem hukum dan sama bagi semua warga. 

3.Tanggungjawab terhadap bangsa / negara
Pendidikan merupakan salah satu dari contoh bentuk tanggungjawab masyarakat atau lebih khususnya pelajar terhadap bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sumber Daya Manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

4.Tanggung Jawab kepada Tuhan

Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri,penderitaan akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya.


Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepada Tuhan.


PENGABDIAN


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengabdian berarti hal mengabdi atau mengabdikan. Seorang warga negara yang mengabdi kepada negaranya biasanya berpedoman hidup: "Berjuang bagi negara tanpa mengharapkan imbalan apa-apa."


PENGABDIAN BUKAN PERBUDAKAN 


Pengabdian bukan perbudakan, sebab perbudakan selalu disertai dengan paksaan dan ketakutan, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan. Tidak ada perbudakan yang menghasilkan kebahagiaan karena akan berakhir pada kehancuran.
Saat Gubernur Jenderal Daendels mengumumkan kerja paksa membuat jalan raya Anyer sampai Panarukan sepanjang lebih kurang 1000 km, timbul penderitaan. Banyak rakyat pekerja rodi yang tewas. Pada tahun 1806, ketika Daendels membangun pelabuhan Ujung Kulon dengan cara kerja paksa lagi, sejumlah 1500 pekerja meninggal. Akibatnya, karena tidak tertahan lagi muncullah pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubumi Banten terhadap pemerintah Belanda.
Perbudakan bertolak belakang dengan pengabdian sebab pengabdian selalu disertai dengan rasa tulus dan ikhlas dalam melakukan tugasnya. Tidak ada paksaan atau ancaman. Berkat bagi abdi yang setia adalah kebahagiaan bersama tuannya, sebagaimana Firman Tuhan:


"Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21)
PENGABDIAN BERARTI BERBUAT SESUATU BAGI ORANG LAIN TANPA MENUNTUT IMBALAN JASA
 
Seorang hamba baru bisa dikatakan mengabdi jika ia berbuat sesuatu bagi tuannya tanpa mengharapkan balas jasa. Matius 25:14-30 menggambarkan dengan jelas arti pengabdian. Hamba yang menjalankan modal tuannya sehingga mendapat untung bagi tuannya, disebut sebagai hamba yang baik dan setia. Tetapi hamba yang tidak mau mengabdi dipecat dari jabatannya.
Demikian pula orang yang mengabdi kepada sesama. Ia akan bertindak dan berkorban bagi sesama tanpa mengharapkan imbalan jasa. Dalam hal ini, kita dapat melihat para donor darah. Mereka menyumbangkan darahnya bagi mereka yang memerlukan, tanpa menuntut imbalan apa pun, sebab tujuannya adalah mengabdi kepada sesamanya.
Sebuah nyanyian anak-anak yang bertema kasih ibu, menjelaskan betapa besar pengabdian ibu itu:


Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia
Dari syair di atas, pengabdian seorang ibu disejajarkan dengan matahari yang selalu memberi dan tidak mengharapkan balasan. Sungguh suatu gambaran pengabdian yang indah bagi kita.
Dari pembacaan Matius 25:14-30 kita dapat menarik garis pengabdian sebagai berikut.
  1. Pengabdian bukanlah paksaan atau perintah, melainkan sukarela. Ayat 14 menyebutkan bahwa tuan itu mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya ... lalu ia berangkat. Kita tidak menjumpai perintah apa pun tentang menjalankan uang dan sebagainya.
  2. Jikalau seseorang bertujuan untuk mengabdi sehingga ia menjalankan pengabdian dengan baik, berapa pun hasilnya, akan mendapat pahala. Dalam ayat 21 dan 23 kita baca, baik tentang yang mendapat untung lima talenta maupun yang dua talenta, tuan itu berkata: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; ... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."
  3. Hamba yang tidak mau mengabdikan diri mempunyai kecenderungan untuk mengkritik dan menuduh tuannya bertindak sewenang-wenang. Dalam ayat 24 dan 25 kita tidak menemui kritikan tentang jumlah uang yang diberikan. Tetapi tuduhan dan kritikannya berkenaan dengan pertanggungjawabannya atas pemakaian uang itu. Hamba tersebut mengkritik dan menuduh tuannya sebagai orang kejam. Dari dua ayat ini kita dapat menyaksikan bahwa permasalahannya bukan jumlah. Hamba itu tidak rela mengabdi. Ia merasa diperas dan diperalat tuannya.
  4. Hamba yang jahat dan malas dihukum. Ia disebut jahat karena berani memaki-maki tuannya, malas sebab tidak bekerja dengan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Hukumannya: ia dipecat dari jabatannya dan dibuang dari lingkungan tuannya. Seorang pekerja di gereja, apa pun jabatannya, perlu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Jika ia bermalas-malasan, ia digoda untuk menuduh dan mengkritik yang memilih dan melantiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar